Sumber : Kuliah Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Seorang ahli filsafat dari Prancis Auguste Comte, merintis salah satu
aliran filsafat yaitu positivisme. Manusia hidup berdampingan dengan agama
tertentu yang dianutnya. Namun pada masa itu, agama dianggap sebagai sesuatu hal
yang tidaklah penting. Auguste Comte menekankan pada keteraturan sosial,
begitu ia malihat sejarah ia mengakui bahwa agama di masa lampau sudah menjadi
satu tonggak keteraturan sosial yang utama. Auguste Comte meyakini bahwa
agama muncul dari sebuah tahapan tertentu dari sejarah manusia. Di sisi lain,
Comte meyakini bahwa masyarakat selamanya butuh pada agama, artinya bahwa dari
satu sisi agama terancam kepunahan, karena agama berhubungan pada masa dahulu,
dan sebab itu agama harus digantikan dengan sesuatu yang sesuai dengan masa
kekinian. Selain itu, masyarakat butuh pada sebuah sistem yang dapat menyatukan
mereka, sebuah ide-ide umum dan universal, yang hanya dapat diberikan oleh
agama.
Tidak berbeda dengan kehidupan yang saat ini terjadi. Agama diperoleh sejak
manusia lahir di bumi ini. Sejalan perkembangan manusia, terdapat teknologi
yang mengiringinya. Dan teknologi berkembang sejalan dengan perkembangan zaman.
Semua manusia berlomba-lomba untuk menciptakan segala teknologi canggih. Bahkan
terkadang manusia tertipu daya oleh keberadaan teknologi. Akan tetapi teknologi
canggih ciptaan manusia masih belum ada bandingannya dengan ciptaan Allah SWT. Apa
yang ada di dunia ini tidak lain karena ciptaanNya. Apa yang dapat manusia
lakukan ialah bersyukur terhadap ciptaan Allah SWT.
Manusia tidak terlepas dari suatu pemikiran. Melalui akal dan pikirannya, manusia
mampu memikirkan segala hal. Namun hanya Allah SWT sebagai Sang Maha segalaNya
sehingga manusia sebagai makhlukNya memiliki keterbatasan dalam sesuatu hal
tertentu. Oleh karena itu terkadang yang manusia lakukan adalah mencoba-coba
sesuatu hal yang baru yang belum pernah ia lakukan untuk mendapatkan suatu
pengalaman. Hal baru tersebut akan menempatkan intuisi penglihatan,
pendengaran, dan perasaan sebagai bekal memperoleh pengalaman yang baru.
Dimensi dari setiap manusia merupakan hal yang membedakan antara satu
dengan yang lainnya. Untuk menaikkan dimensi dari setiap manusia maka ia akan
melakukan sesuatu hal yang baru agar mencapai dimensi yang lebih tinggi dari
sebelumnya. Manusia seyogyanya tetap terus belajar sebagai bekal untuk menambah
pengalaman sehingga dapat menaikkan dimensinya. Keterbatasan yang ada pada
setiap manusia bukanlah penghalang untuk menjadikan manusia sukses dan berhasil
di suatu bagian dari kehidupannya. Akan tetapi sebagai makhluk Allah SWT tetap
selalu ingat bahwa dimensi tertinggi dari kehidupan ini adalah Allah SWT yang
tidak akan dapat dikalahkan oleh manusia.